Senin, 02 Desember 2013

Pelajaran dari Kawah Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur

Kawah Ijen terkenal dengan api biru yang menyala apabila dilihat dari malam hari. Sayangnya kereta yang saya tumpangi baru tiba menjelang matahari terbit dan sudah terlambat untuk mengejar momen tersebut. Untuk menuju kawah ijen dari desa terdekat diperlukan transportasi jeep. Karena jeep cukup mahal untuk disewa dan keinginan merasakan menjadi penduduk desa disana, saya bergabung bersama truk yang membawa para penambang belerang di kawah ijen.

Setiba di kawah ijen perjalanan seperti mendaki gunung menjadi tantangan. Medannya cukup melelahkan dan di sepanjang jalan kami berpapasan dengan para penambang belerang yang mengambil belerang untuk dijual. Para penambang belerang harus mengambil belerang di dasar kawah untuk kemudian naik kembali ke atas bukit dan membawa bongkahan belerang tersebut yang beratnya mungkin mencapai puluhan kilogram.

Setelah sampai di puncak gunung ijen, saya mencoba turun ke bawah untuk melihat kawah ijen dari dekat. Jalannya sangat curam dan asap dari kawah yang aktif membuat mata saya terasa sangat perih dan hidung sulit bernapas. Momen tersebut menyadarkan saya bahwa betapa berat dan berbahayanya pekerjaan yang dilakukan para penambang belerang ini dari sisi keselamatan dan kesehatan. Berbincang dengan salah satu dari mereka yang menjadi guide dadakan kami, rata-rata para penambang disana telah bekerja puluhan tahun setiap hari. Tidak terbayangkan. Terkadang kita mengeluh atas pekerjaan yang kita lakukan, melihat beratnya pekerjaan dan resiko yang dihadapi oleh para penambang membuat kita akan malu bila mengeluh.

Sebelum pulang saya menyempatkan diri melihat pos penimbangan belerang untuk melihat berapa yang didapatkan oleh para penambang belerang. Dalam sehari, biasanya penambang mampu dua kali naik turun untuk mengambil belerang. Setiap penambang rata-rata membawa sekitar 35-50 kg sekali jalan dari bawah kawah, ke atas gunung dan kemudian turun ke pos awal. Jadi total sehari mereka mampu mendapatkan 70-100 kg. Dengan bayaran 700 rupiah setiap kilogram dengan demikian uang yang mereka dapatkan hanya berkisar Rp.70.000 - Rp.100.000 setiap harinya. Tidak sebanding dengan kelelahan dan resikonya. Saya mesti bersyukur.

“Why do you go away? So that you can come back. So that you can see the place you came from with new eyes and extra colors. And the people there see you differently, too. Coming back to where you started is not the same as never leaving.”
― Terry Pratchett, A Hat Full of Sky


Kawah Ijen dari puncak gunung


Kabut yang turun dalam perjalanan mendaki


Danau di Kawah Ijen



Pemandangan menuju pusat kawah



Kawah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar